Jawaika_Flower Generation

Sebut saja Tani Maju yang terkenal dengan The Artist Top Daerah-nya, Castol ataupun penggemar fanatik yang akan mengikuti kemanapun Tani Maju manggung yaitu Jogeder.

Kemudian sebut juga OPUS 275, OPUS 275 yang sejatinya adalah UKM Musik di UM ini juga sering manggung sebagai Guest Star di beberapa event musik yang digelar di dalam atau di luar kota Malang. Kemudian ada juga Pesawat 244, band ini adalah band dari Fakultas Sastra UM yang seringkali disebut sebagai "adik" dari Tani Maju.

Bagaimana tidak, aliran musik ceria yang diusung band ini memang sengaja "disuntikkan" Leo dan Srey yang tak lain adalah personel Tani Maju juga, bahkan ada kabar lagu "Cica" dari Tani Maju sengaja diciptakan Wibbie (Bassis Tani Maju) untuk menyatakan cintanya kepada Lussy (Vokalis Pesawat 244). Dan terakhir, OPIUM, band dari Fakultas Ilmu Pendidikan UM ini mengusung aliran musik punk yang dibawa Rendra, mahasiswa Administrasi Pendidikan 2002

OPIUM sudah dua tahun ini berturut-turut sukses menggelar acara "ASPIRASI", sebuah festival band yang diikuti band-band dari Jawa Timur beraliran punk, grind core, cadas, etc, misalkan Begundal Lowokwaru, Alergi Kentes, Keranda Mayat, dll. Kehadiran Jawaika tentunya semakin manambah panjang deretan band dari UM.

Dengan lahirnya album pertama mereka yang bertitel "Flower Generation", Jawaika mencoba menawarkan musik Reggae yang terdengar nyaman di telinga, "musik reggae perlahan-lahan menusuk pinggang", kata mereka di lagu "Flower Generation".

Nikmati juga lagu-lagu lain, misalnya, Bung Singo yang konsep dasarnya mirip lagu Castolnya Tani Maju yang bermain dengan akronim bahasa. Kemudian lagu "Yang Penting Bahagia" yang bercerita apapun pekerjaan kita, siapapun pacar kita, yang penting bahagia. Kemudian ada juga lagu "Indonesia Subur Makmur" yang tak lain adalah impian Jawaika melihat suatu saat nanti Republik Indonesia ini benar-benar subur makmur, gemah ripah loh jinawi, kata orang jawa.

Album "Flower Generation" yang berisi sepuluh lagu ini ternyata mampu menarik minat sebuah perusahaan telekomunikasi, Indosat untuk turut mempromosikan album ini. Dengan membeli album perdana Jawaika ini di Outlet-Outlet 6610 Community terdekat, Warung sari (WS) UM, Universitas se-Malang.

Untuk lebih jelasnya, silahkan hubungi SMS Center: 0858 5518 6610.
"Musik reggae perlahan-lahan menusuk pinggang"
(Jawaika_Flower Generation)

* Die2k, mahasiswa Sastra Indonesia UM, presiden Jogeder Rantau, Pemerhati dan penikmat musik indie Malang pada umumnya, dan UM pada khusunya, halah:)
sering ngopi bersama anak-anak Tani Maju di Warung Sari UM, Mbak Yam, Mbak Roes, atau sekedar nyanyi-nyanyi bareng Jawaika di Gazebo MPA Jonggring Salaka UM atau mengukur jalanan sama-sama mas Rendra_OPIUM. Kegiatannya sekarang, sedang membuat sebuah Website untuk Cupelmen Band, (lagi-lagi) band indie dari UM.

Read More......

INDIENATION

Kata orang band-band indie hanya dikenal di kotanya saja.Bahkan sebagian orang mungkin tidak mengetahui tentang band indie di kotanya...
acara INDIENATION yang bertempat di Lapangan Parkir Universitas Merdeka Malang. Tidak hanya musik indie, acara ini juga ditujukan untuk para pecinta indie movie...

Kata orang band-band indie hanya dikenal di kotanya saja.Bahkan sebagian orang mungkin tidak mengetahui tentang band indie di kotanya. Padahal banyak band-band besar yang menitih karirnya dimulai dari menjadi band indie. berbagai macam acara diikuti anak-anak band indie untuk menunjukkan tingkat musikalitas group bandnya. Dari menjadi band pembuka acara conser band-band besar asal ibukota sampai manggung dari cafe to cafe.
Oleh sebab itu untuk mensuport band-band indie Malang, pada tanggal 16 Juni kemarin diadakanlah acara INDIENATION yang bertempat di Lapangan Parkir Universitas Merdeka Malang. Tidak hanya musik indie, acara ini juga ditujukan untuk para pecinta indie movie.
Beberapa cuplikan film indi ditayangkan di sini. Acara yang di mulai dari jam 7 sampai jam 10 malam ini dimeriahkan oleh band indie diantaranya Taxi, Monalisa, Genoa, Melanin, Sunflower, Scissors,WAI, Rejected, Unda Undi, Mario, dan Clepto. Selain dapat mendengarkan musik band-band indie secara live kita juga dapat mendengarkan musik mereka di rumah dengan cara membeli CD Kompilasi dengan harga Rp.20000. Mungkin dengan cara membeli CD kompilasi ini kita sebagai anak AREMA turut mensuport band-band indie kota malang agar semakin kreatif dan mungkin bisa terkenal sampai Ibukota.
Kalau band Indie asal malang bisa exist di Ibukota pasti akan membawa nama MALANG sebagai gudangnya bibit seniman musik & movie Indonesia. Maju Terus MUSIK INDIE & INDIE MOVIE Kota Malang.

Read More......

Indiefest Hadirkan 10 Band Indie Lokal

Hari Selasa (16/5) lalu diadakan sebuah acara konser besar yang bertajuk Indiefest di taman Alumni ITS. Acara yang disponsori oleh salah satu perusahaan rokok ini menghadirkan tidak kurang dari sepuluh band indie yang telah lolos dari seleksi ketat yang diadakan oleh radio EBS FM, salah satu radio penyelenggara Indiefest di Surabaya.

Taman Alumni ITS, ITS Online - Dari awal, acara yang di selenggarakan oleh radio EBS FM dan salah satu event organizer lokal ini terlihat matang. Beberapa hari sebelum hari H, panitia telah mempromosikan acara ini secara besar-besaran. Hal ini terlihat dari pemasangan baliho dan spanduk yang dipasang di setiap sudut ITS. Sedangakan pemasangan panggung baru dimulai sekitar Senin (15/5) sore. Hasilnya tidak sia-sia, berkat kerja keras para kru, akhirnya sebuah panggung megah pun berhasil didirikan. Emil, salah satu kru acara ini mengatakan bahwa panggung megah ini hanya disediakan untuk konser Indiefest yang berada di luar ruang, �Kalo yang di dalam ruang kita hanya pakai panggung kecil yang sound-nya juga terbatas,� imbuhnya.

Penonton yang hadir untuk menyaksikan Indiefest ini terhitung banyak. Tidak saja dari ITS, banyak penonton yang hadir merupakan para pendukung sepuluh band indie yang akan tampil. Sepuluh band indie yang hadir membawakan masing-masing dua lagu yang diciptakan sendiri. tidak jarang para penonton ikut menyanyi bersama karena sudah mengenal lagu tersebut melalui radio. Martha, salah satu pengunjung yang hadir, mengaku bahwa banyak band indie yang hadir masih meniru band-band besar yang sudah lebih dahulu eksis. �Ada yang terlihat mencontek Ada Band dan Flanela,� ujar mahasiswi ITS ini.

Indiefest yang diselenggarakan di Surabaya merupakan sebuah ajang untuk menyaring band-band indie berbakat di Jawa Timur. Tidak jarang band-band indie yang ditampilkan pun berasal dari luar kota Surabaya seperti Malang dan Kediri. Sebut saja band Kid Ked yang berasal dari Kediri. Band yang mengusung musik yang beraliran romantic rock ini mengaku rela datang mengikuti ajang Indiefest di Surabaya untuk lebih mengenalkan band mereka seraya berharap untuk dapat menembus jajaran major label.

Sedangkan band lain yang berasal dari luar Surabaya adalah band Kamusuka. Band yang digawangi lima personil ini mengaku membawa aliran pop delay, �Kami mencoba untuk mengenalkan aliran bermusik kami yang unik,� ujar salah satu personil band indie yang berasal dari Malang ini.

Sebagian besar band-band yang dihadirkan malam itu merupakan band yang mengusung aliran pop. Mungkin hanya Rinos, salah satu band indie asal Surabaya, yang mencoba eksis dengan mengusung aliran musik yang mereka sebut dengan flat in chord. Dalam ajang ini juga tercatat ada seorang mahasiswa ITS yang tampil dalam band Atsui.

Vidya, salah satu penyiar radio EBS FM yang juga sibuk mempersiapkan acara ini mengatakan bahwa acara Indiefest ini merupakan acara pencarian bakat band indie lokal yang mempunyai musikalitas baik. Selain EBS FM, ada beberapa radio di Surabaya yang juga menjadi penyelenggara Indiefest ini. �Dari ribuan band indie yang mendaftar, nantinya hanya akan diambil 12 yang akan dimasukkan dalam album kompilasi,� ujar Vidya.

Mengenai persiapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan acara sebesar ini, Jhagad, salah satu kru EBS FM, mengaku bahwa acara ini dipersiapkan sejak bulan Maret. �Yang paling lama adalah tahap seleksi melalui polling SMS,� ujar mahasiswa Unair ini. Namun melihat venue yang megah dan antusiasme mahasiswa ITS yang besar dia mengaku puas dengan acara Indiefest kali ini.

Read More......

Goodnight Electric

“Sebenarnya nama Goodnight Electric nggak memiliki arti khusus. Kita memilih nama ini karena catchy aja. Nama ini didapat waktu kita sedang menonton sebuah film, dan di film tersebut ada sebuah buku yang judulnya Goodnight Electric.”

The Inspirations
“Dalam bermusik, kita terinspirasi oleh beberapa band elektro dari tahun 1980-an seperti Depeche Mode, Belle Sebastian, The Cure, dan The Beatles. Menurut kita musik mereka itu unik banget, karena ada sound-sound yang luar biasa di dalamnya. Selain itu musik-musik semacam itu juga menyenangkan karena catchy juga.”
The Music
“Kalau untuk yang satu ini, kita nggak mau memberi istilah khusus, nanti kesannya kita terlalu mengkotak-kotakan musik. Musik Goodnight Electric sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa aliran musik, yang semuanya kita pilih karena kita memang tertarik dengan musik elektro. Pengerjaan musik ini juga mudah alias nggak ribet. Kita bisa mengerjakannya di rumah, waktu tahap finishing baru kita kumpul di studio.”
The Band
“Dulu Goodnight Electric sempat memiliki personil empat orang, yaitu Oom Leo, Bondy Goodboy, Henry Foundation dan Rebecca. Tapi tiba-tiba Rebecca keluar, sedangkan saat itu kita lagi dikejar target untuk menyelesaikan album kedua. Sejak saat itu kita masih bertahan dengan formasi bertiga seperti sekarang ini.”
The Costumes
“Kostum kita yang seru-seru biasanya dibeli di pasar-pasar, distro, dan beberapa factory outlet. Intinya, kostum kita bertiga harus selalu seragam dan tetap unik.”
The Future of Indie
“Dari tahun ke tahun kelihatannya musik indie semakin maju dan lebih bagus. Tapi hal ini tergantung dari masing-masing band itu sendiri. Sekarang ini banyak band indie yang tetap konsisten di jalur indie karena mereka merasa bahwa itulah jalur mereka, dan mereka pun nyaman dengan jalur tersebut.”
The Collaboration
“Kita ingin banget bekerja sama dengan Ratu, karena daya tariknya Mulan.”
Our Dream
“Kita ingin banget bisa bermain di sebuah show tunggal dengan sound system dan lighting yang gila-gilaan. Tempatnya kita selalu ingin yang outdoor, dan crowd-nya datang hanya ingin melihat penampilan kita aja.”

Read More......

Perkembangan Indie

Di Indonesia pionir band indie adalah PURE SATURDAY,pertengahan tahun 90’s yang musiknya banyak ter-
influence dari The Cure alias Britpop.Soundnya sangat easy listening ditambah suara gitar akustik,kalo dengerin ini pasti
bawaanya santai,hati jadi damai dan damai,kayak hari minggu aja gimana.Di Bandung saat ini makin banyak band-band
yang menjamur dan meracuni kuping anak muda bandung pada khususnya,sebut saja The SUPER INSURGENT
GROUP of INTEMPERANCE TALENT a.k.a. The S.I.G.I.T. band yang beraliran garage rockin roll yang musiknya

terdengar seperti led zeppelin dan the datsuns.Bulan Juli lalu berhasil menyatroni Aussie untuk konser di 8 kota dan
sekitar 20 tempat sebagai band pembuka dari Dallas Crane band.Suara Rekti sang vokalis kedengaranya sih kayak
orang luar yang nyanyi padahal dia mah orang bandung asli.The S.I.G.I.T. juga menjual albumnya di Australia dibantu
perusahaan rekaman Crave. MOCCA,band pop juga tapi pop eropa bukan pop melayu yang mendayu dayu seperti yang
saat ini berkembang di negeri kita tercinta ini.Mocca vokalisnya cewek,lagunya nyantai juga kayak pure Saturday
ditambah bunyi teropet dan flute,ada juga Burgerkill yang bernuansa gelap metal,Polyester Embassy yang beraliran
Instrumental Pop,The Changcuters band komedi rock n roll,dsb......... Dari Jakarta band-band indie-nya berpusat dari
mahasiswa IKJ(Institut Kesenian Jakarta) yang terlalu kreatif,ada The Upstairs aliranya disko-disko gitu ditambah style
personilnya yang selalu berbusana cerah dan berwarna-warni dengan kacamata retro berbingkai putih,ditambah dansa
yang membuat band ini jadi trendsetter di kalangan anak muda ibukota.Banyak remaja yang berubah penampilan
terkena virus liar Jimi vokalis The Upstairs,tiap acara musik atau pensi sma yang mengundang The Upstairs pasti penuh
dengan remaja dengan pakaian warna warni,memakai atasan dan bawahan dengan warna kontras,ngejreng,dan
berdansa liar mengikuti Jimi.Meskipun udah gak indie lagi artinya udah masuk major label yaitu Warner Music,The
Upstairs gak mau ngerubah aliran musiknya jadi mainstream kayak band-band lain tapi mereka masih memegang teguh
pendirian indie-nya.Juga White Shoes & The Couples Company yang beraliran retro,dengerin band ini kayak dengerin
kaset papah mamah yang udah jadul,musik dan style-nya mengacu pada tahun 80’s.White Shoes gak hanya
berkibar di Ibukota saja tapi sampai ke Singapore,Thailand dan Malaysia.ada juga Goodnight Electric,trio synthpop yang
bergaya seperti robot,aliran musiknya electronic dengan bunyi-bunyian seperti video games yang membuat kepala kita
berputar-putar kalau mendengarnya,mereka juga sering berkeliling Asia Tenggara untuk menunjukan aksinya.album nya
terbukti laku dijual diluar negeri mungkin karena faktor GE pake bahasa Inggris yang memudahkan albumnya laku.
nggak heran kalau GE juga dijadikan perusahaan rekaman asal JEPANG yaitu JBL untuk menjual albumnya disana.GE
juga di sponsori apparel terkenal yaitu adidas untuk menjadi icon produknya.Banyaknya band Indie yang ada di
Indonesia dan ada juga yang sudah go international tidak membuat band ini laku menjual albumnya ke seluruh pelosok
Indonesia.Band-band itu hanya diketahui anak-anak kota besar saja dan keterbatasan dana dalam distribusi ke kota-
kota juga jadi alasan.Band-band ini memang sangat sulit mengadakan konser di Indonesia,gak ada sponsor yang mau
membantu mereka karena band-band itu beda dan belum banyak yang tahu,dan sponsor tidak mau rugi.Tapi beberapa
minggu lalu waktu gwa pulang ke Jakarta,gwa dengerin siaran radio lokal disana,NOKIA membentuk wadah bernama
Independent Artist Club (IAC) sebagai dukunganya terhadap perkembangan band indie di sini.Akhirnya... mungkin ini
sebagai secercah cahaya terang bagi masa depan makhluk-makhluk indie untuk berkembang dan mewujudkan cita-
citanya. Media televisi di Indonesia juga masih dimotori band-band yang beraliran itu-itu saja,mengambil tema
cinta dan cinta.Jadi bosen!hanya majalah dan media myspace dan youtube dari internet sebagai tempat berpromosi atau
televisi lokal di Bandung dan Jakarta yang seminggu sekali menayangkan aksi mereka.Kalau soal musikalitas menurut
gwa sesuai juga sama orang indonesia,cocok koq,tapi band-band itu banyak memakai bahasa inggris dalam liriknya dan
aliran juga masih asing,jadi mungkin masyarakat masih perlu beradaptasi.Tapi,jika ada perusahaan yang mau melawan
arus dan mau menjual kaset dan CD band indie sampai ke pelosok kota bukan mustahil band-band itu mampu
mengalahkan band-band yang ada di tv-tv saat ini.Selain manggung,band-band indie banyak yang menjual merchandise
berupa kaos yang banyak dipakai anak muda untuk menambah uang,memang pakai kaos dengan logo atau tulisan band
indie lebih KEREN daripada pakai kaos ungu atau kangen band!

Read More......
Template by : Avagtur www.avagtur.co.cc
Bottom